Sudah lebih
dari 2 minggu sejak kejadian itu terjadi. Saat itu aku pulang dari pasar,
seperti beberapa bulan terakhir aku lebih suka pulang ke rumah lewat jalan
samping kedai si kakek di tepi jalan raya karena aku rasa lewat sana lebih
dekat ke rumah daripada lewat jalan utama. Aku berjalan di jalan kecil bersemen
putih yang panjangnya kira-kira 8 meter. Disamping kiri jalan bersemen putih
tersebut adalah kedai si kakek yang kemudian dibelakang kedai itu menyambung bersama
rumah si kakek. Sedangkan di sebelah kanan jalan tersebut adalah ruko kecil
yang dihuni oleh pengusaha binatu dan warnet, dan dibelakang ruko tersebut ada sebuah kolam ikan kecil. Di ujung jalan
bersemen putih tersebut disambut oleh
jalan setapak. Disebelah kiri jalan setapak tersebut, tepat sebelum
persimpangan kecil, ada sebuah toilet umum atau di kampungku dulu disebut
dengan tandai. Selain tandai juga ada kolam besar yang biasanya sebagian warga
kampung mencuci pakaian dan piringnya disana.
Hingga dipersimpangan kecil, aku belok kiri.
Di sebelah kananku adalah beberapa rumah penduduk, dan disebelah kiriku adalah
kolam yang tadi aku bilang biasa digunakan sebagian penduduk untuk mencuci.
Sore itu cukup lengang di jalan yang aku telusuri. Hingga sampai di depan salah
satu rumah, ada beberapa ekor ayam putih yang ukurannya cukup besar sedang
berdiri disana. Mungkin sedang dilepaskan oleh pemiliknya agar ayam-ayamnya
tidak stres berada di kandang seharian. Aku terus berjalan dengan santai,
hingga mendekati ayam-ayam itu, perasaanku sedikit memberikan tanda yang
berbeda, seperti tidak biasanya. Yang aku tau, jika kita berjalan mendekati
ayam, ayam itu akan lari pontang-panting seperti dikejar, ketakutan. Tapi
ayam-ayam ini hanya minggir sedikit dari jalan yang kulewati, kecuali satu
ayam. Ketika aku sampai di dekat salah satu ayam ini, dia tidak menjauh
sedikitpun. Selang satu langkah di depan ayam itu, tiba-tiba ayam itu sedikit
melompat dan menghayunkan cakarnya ke kakiku dengan kuat. Sontak aku tekejut.
Tidak cukup satu kali, ayam itu melompat untuk kedua kalinya. Aku mencoba
menendangnya dengan kakiku agar dia menjauh, tapi dia tetap berhasil
menyerangku untuk kedua kalinya. Aku terus berjalan cepat menjauhi ayam-ayam
itu. Ayam itu tidak mengejar tapi serangannya sudah cukup membuat kakiku sakit.
Kira-kira 5
meter dari Tempat Kejadian Perkara (TKP), aku sampai dirumah. Di rumah aku
langsung meng-aduh kesakitan pada adikku yang saat itu membukakan pintu. Aku
langsung memeriksa kaki celana pada bagian yang diserang, sobek!!! Aku
mengambil kursi kemudian duduk dan memeriksa bagaimana keadaan kakiku. Aku
naikkan kaki celana dan ternyata kakiku luka. Kaki kanan luka oleh cakaran ayam
dan kaki kiri hanya mendapat trauma sehingga warnanya kehijauan.
Ini yang
pertama kalinya dalam hidupku diserang oleh hewan yang aku kira selama ini
adalah hewan penakut. Hei, ada apa dengan ayam itu?aku berpikir jangan-jangan
itu ayam gila. Aku segera mencuci luka di kakiku dan memberinya obat luka,
perih. Aku bahkan sempat kesal pada pemiliknya, apa dia tidak tau hewan
ternaknya membahayakan orang yang lewat?
Sejak itu,
aku tidak lewat jalan itu lagi. Aku pulang dan pergi lewat jalan utama. Pernah
suatu kali, aku coba pergi dan pulang lewat jalan samping kedai si kakek lagi,
tapi alhamdulillah ayam-ayam itu tidak ada. Saat menuju ke rumah, mataku pernah
tertuju pada sebuah kandang ayam di sebelah kiri tidak jauh dari Tempat
Kejadian Perkara (TKP) waktu itu dan ayam-ayam putih besar itu berada
didalamnya. Aku berharap ayam putih yang menyerangku itu segera disemblih.
Kemaren siang, aku
pergi ke rumah sakit bersama seorang teman dekatku, yeye. Sepulang dari rumah sakit,
kami pergi bermain ke pasar atas bukitinggi karena masih ada
waktu. Lagi-lagi, tidak pernah cukup waktu jika pergi bermain ke pasar atas bersama
temanku ini, aku pulang kesorean. Sekitar pukul 05.30 pm, aku turun dari
angkot. Aku memutuskan pulang lewat jalan samping kedai si kakek lagi, karena
aku berpikir tidak apa-apa lagi. Tepat di persimpangan jalan kecil dekat tandai
tersebut, aku belok kiri dan ternyata mereka sudah "menungguku" di
tempat dahulu aku diserang. Jantungku berdegup kencang, takut akan diserang
lagi. Sebenarnya aku bisa saja mengambil jalan lain, di persimpangan kecil itu
aku bisa jalan terus ke depan, lewat di belakang rumah penduduk itu, tapi aku
memilih untuk terus berjalan di jalan dimana ayam-ayam itu berada.
Aku sedang
membawa helm, karena temanku membawa motor dan dia hanya punya satu helm. Aku coba mengusir ayam itu dengan mengayunkan tangan kananku yang
memegang helm ke arah ayam-ayam tersebut sambil berseru "hus…hus."
Perlahan tapi pasti, ayam-ayam itu sedikit menghindar. Waktu itu aku belum
menyadari mana ayam yang dulu menyerangku. Aku mencoba mencari tau. Aku perlahan
mencoba berjalan maju, berjarak 2 langkah di depanku disebelah kanan, ada
seekor ayam yang tidak mau menjauh. Ketika aku berjarak 1 langkah darinya, ayam
itu juga maju berusaha menyerangku, aku kemudian mundur lagi. Taulah aku itu
ayam yang kemaren menyerangku.
Aku coba lagi
mengusirnya dengan mengayunkan tangan kananku yang memegang helm dan berseru
"hus…hus." Ayam itu sedikit menjauh. Aku kemudian berjalan hati-hati
sambil terus melihat gerak gerik ayam tersebut. Selang 1 langkah di depan ayam
itu, aku melihat ayam itu mencoba berjalan ke arahku untuk menyerang, aku
segera hayunkan tangan kanan ke belakang dan alhamdulillah helmku tepat
mengenai kepalanya. Aku segera berlari, takut akan dikejar. Aku melihat ke
belakang dan ayam itu tidak mengejar. Yess…aku berhasil.
Jantungku
berdegup sangat kencang. Mengerikan sekali. Aku rasa ayam itu akan terus
mengingat wajahku karena aku telah berhasil memukul kepalanya dengan helmku,
hahaha. Aku rasa, sore hari adalah waktu yang berbahaya jika lewat jalan itu.
Aku bersyukur sekali tidak menjadi korban ayam itu lagi untuk kedua kalinya,
dan semoga tidak akan pernah lagi, huh.
Categories:
basa-basi