Banner 468

Mau Kuliah di Jurusan Apa?

Posted by muty on - -

futureSign

Aku kenal farmasi sejak aku kelas 3 MTs, tapi aku baru mulai kenal farmasi yang sesungguhnya ketika aku sudah di tingkat 3 kuliah farmasi. Hmm…aneh y? berarti selama ini aku g ngerti dunk apa yg aku pelajari? apa tujuan farmasi, kemana setelah ini dan dimana aplikasi ilmuku? serta apa alasanku masuk farmasi? lebih kurang jawabannya adalah aku mungkin memang tidak tau. Kebanyakan mahasiswa kuliah di jurusan yang tidak diminatinya dan alhamdulillah aku cukup meminati farmasi sejak aku kuliah di tingkat 3.

Belajar dari pengalamanku, bagi yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sebaiknya kalian benar-benar mengenali terlebih dahulu dimana minat dan bakat kalian. Sebelum terlanjur mengambil kuliah di jurusan yang kalian tidak minat dan juga tidak bakat, akan sangat sulit untuk menjalaninya. Selesai? insyaallah bisa. Tapi itu tergantung dari kita pribadi bagaimana menjalaninya. Ada yang tamat 4 tahun, ada yang tamat 5 atau 6 tahun dan bahkan aku pernah denger cerita temen ada yang tamat 8 tahun. Paling parah, ada yang tidak mampu untuk menyelesaikannya. Tapi dapat dikatakan beruntung bagi orang yang tidak minat tetapi dia pintar sehingga tidak menjadi masalah baginya kuliah di jurusan yang tidak diminatinya. Sedangkan bagi yang tidak pintar-pintar amat tapi berminat, itu juga bisa sebagai kekuatan untuk menjalaninya. Karena kalian menyukai ilmu tersebut dan sesulit apapun kalian akan berusaha untuk mempelajarinya dengan senang hati.

Khusus bagi peminat ilmu farmasi, yang masih sekolah SMP/sederajat, kalau kalian benar-benar  menyukai farmasi dan akan mengambil kuliah farmasi, aku sarankan kalian masuk SMK Farmasi. Karena sebagian besar temen-temen  kuliahku yang SMA nya dari SMK Farmasi, memahami farmasi dengan sangat baik dan lebih mudah menjalani kuliah dibanding kebanyakan temen-temen yang dari SMA (pengecualian buat anak pintar). Tapi kalian juga harus tau, bahwa sekolah di SMK Farmasi itu jauh berbeda dengan sekolah SMA biasa. Temanku yang dari SMK Farmasi atau SMF nama dahulunya, mengatakan kalau sekolah di SMK Farmasi lebih berat. Banyak hafalan, tentu saja karena farmasi kebanyakan memang harus dihafal. Dengan kalian mengetahui bagaimana di sekolah SMK Farmasi, tidak ada alasan bagi kalian untuk berhenti di tengah jalan dan kemudian pindah sekolah. Jika kalian memang benar-benar minat, aku rasa itu bukanlah suatu kendala. Itu adalah nilai plus yang akan dapat dirasakan selepas dari sekolah tersebut.

Selain itu, akan lebih baik jika setelah tamat SMK Farmasi dan/atau lulus S1, pernah bekerja di apotek, rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (bagi yang minat di bidang pelayanan farmasi). Hal ini akan memudahkan pemahaman saat kuliah profesi apoteker kelak. Atau jika kalian tidak sekolah di SMK Farmasi, saran aku sebaiknya kalian memiliki pengalaman kerja di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut sebelum masuk kuliah apoteker.

Semoga saranku bermanfaat, good luckWinking smile

Sumber gambar: google searching

[ Read More ]

Setelah Tugas, Ada Tugas

Posted by muty on - -

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) alias PKL akhirnya selesai. Banyak sekali hal yang aku dan teman-teman rencanakan pada waktu PKPA untuk diwujudkan seusai PKPA ini. Ingin jalan-jalan kesitu, ingin pergi kesana dan lain-lain. Semangatnya minta ampun. “nanti habis PKPA kita jalan-jalan y, foto-foto, cobain makan ini, cobain makan itu.”
Ternyata eh ternyata, g ada cerita jalan-jalan yang tertoreh akhirnya. Habis PKPA langsung temui pembimbing, revisi tugas ini, revisi tugas itu. Pas ada waktu kosong, eh ternyata temen yang mau diajak lagi sibuk. Pas temen lagi g sibuk, eh akunya lagi g bisa. Ditambah lagi, dalam waktu dekat kita ada ujian tulis. Hmmm….adaaaa aja…
Akhirnya jalan-jalannya direncanakan selesai ujian tulis nanti. Ujian tulis selesai dibarengi dengan perasaan deg-degan takut g lulus. Soalnya kalo ujian tulis g lulus, g bisa ikut sidang dan terpaksa harus nunggu 1 semester lagi. huft…
Lagi-lagi, rencana akhirnya g terwujudkan. Bagiku, ternyata perkataan salah seorang dosen kami bener, sebelum kuliah ini dimulai, beliau pernah berkata, “nikmatin aja dulu jalan-jalannya sekarang, ntar kalo kuliah udah mulai, kalian g bakalan sempat lagi buat jalan-jalan,”
Aku optimis tugasku selesai dengan cukup lancar dan cepat sehingga aku punya banyak waktu untuk persiapan ujian sidang nanti. Aku sudah melalui (semoga) rintangan dari tugas rumah sakit. Data yang telah kuambil ternyata harus diperbaiki lagi. Aku harus mengambil data lagi walaupun sebenarnya aku tidak punya akses lagi untuk mengambil data di rumah sakit, tetapi pembimbingku di rumah sakit orang baik dan beliau memberi kami izin. Itu sebelum ujian tulis dan aku cemas tugas rumah sakitku ini mengganggu persiapan ujian tulisku. Akhirnya kuputuskan untuk tidak menyentuh semua tugas dalam 1 minggu menjelang ujian tulis. Selesai ujian tulis, aku mulai berkutat dengan revisi tugas rumah sakit. Dan alhamdulillah, selesai juga akhirnya.
Hidup memang tidak pernah lepas dari masalah. Selesai satu, tumbuh lagi satu. Pertemuan pertama dengan pembimbing kampus untuk tugas kemenkes, banyak sekali salah dan kurangnya. Dan aku sangat heran sekali, kenapa aku bisa-bisanya lupa membuat bab 3, metode penelitian. Padahal itu sudah 2 bulan lebih sejak pertama tugas diberikan dan aku sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan tugasku. Beliau tidak mau memeriksa bab 4 ku karna aku tidak membuat bab 3.
Aku kemudian memperbaiki tugas kemenkesku, membuat bab 3 dan memperbaiki bagian pembahasan. Kemudian akhirnya datang waktu untuk pertemuan kedua dengan pembimbing. Aku memperlihatkan perbaikan tugasku. Aku berharap beliau cukup puas. Dan ternyata tidak juga. Bab 3 ku masih ada yang kurang. Dan bagian tinjauan pustaka, beliau minta untuk dikolomkan dan di tempatkan di bagian hasil, agar mudah untuk membacanya. Beliau minta dikolomkan karena tugasku itu kajian perbandingan.
Sampai di kosan, aku kemudian bertukar pikiran dengan temen di kos yang juga teman kuliah. “aku bingung, ibu minta tinjauan pustaka ini dikolomkan dan di tempatkan di bagian hasil. Apa nanti g double, yang di tinjauan pustaka sama bagian hasil, isinya sama?”
Setelah berpikir sejenak, temenku kemudian berkata, “hmmm…aku tau, kan seharusnya yang di tinjauan pustaka ini adalah pemarapan secara umum dari tugas kamu”. Kemudian aku menyadari bahwa aku melakukan kesalahan sangat besar lagi setelah tidak membuat bab 3. “iya ya, kenapa yang aku cari dan seharusnya itu di bagian hasil, aku taroh di tinjauan pustaka y?” Wah parah…bener-bener parah…aku g tau kenapa bisa jadi begini. Padahal 2 tugas yang lain, aku tidak ada salah seperti itu. Apakah ini memang masalah yang diciptakan Allah untukku sehingga Dia membuatku aku jadi lupa? atau akunya yang memang ceroboh?
Aku pusing, waktu tinggal sedikit lagi dan aku belum membuat tinjauan pustaka tugas kemenkes sedikitpun. Sesegera mungkin aku mencari tinjauan pustaka. 1 bagian tinjauan pustaka telah kutemukan, 2 bagian lagi. Nah, yang 2 bagian ini sulit sekali mencarinya. Aku sudah mencari kemana-mana, dari Indonesia sampai Geneva, dan aku berkesimpulan WHO tidak membuat pedoman impor sediaan farmasi khusus tersebut. Atau aku yang tidak tau kata kuncinya. Perasaan kata kunci yang kumasukkan adalah pas dan benar. Atau mungkin juga, bahan yang kucari bukan merupakan judul utama dari kebijakan yang dibuat WHO? Tapi kalau memang iya, setidaknya dengan kata kunci itu, aku menemukannya.
Aku kemudian bertukar pikiran dengan abangku. Katanya “mungkin tinjauan pustakanya tentang registrasi dulu, setelah itu tentang impor obat , baru setelah itu lebih spesifik lagi, tentang impor sediaan farmasi khusus,” o iya, kan harusnya aku masukin  tentang registrasi dulu. Kemudian aku berpikir lagi, apa tepat jika aku mengambil bahan registrasi dari kebijakan Indonesia, sedangkan aku juga mengulas tentang negara lain juga. Besoknya aku menemui pembimbingku di kemenkes, dan beliau memberikan masukan yang sama dengan abangku. Aku sebaiknya memasukkan registrasi ke dalam tinjauan pustakaku. Hmmm…aku mulai lega,setidaknya aku menemukan titik cerahSmile.
Malam sesampainya di kos, aku langsung mencari bahan tinjauan pustaka. Aku ingin menyelesaikannya secepatnya. Aku terus mengerjakannya, walau banyak diselingi tidur-tiduran dan akhirnya jadi ketiduran sampai pagi. Mungkinkarena bosan dan muak kali yConfused smile. Pagi, sehabis bangun aku langsung melanjutkan tugas itu lagi. Sampai siang, walaupun belum menemui kendala tetapi otakku sudah muak, benar-benar bosan. Tugas yang tak henti-hentinya ditambah perut lapar dan kamar dengan pintu tertutup, membuat aku stress. Aku harus keluar, melihat pemandangan, bertemu orang. Akhirnya dengan dahi berkerut dan perut keroncongan, aku keluar untuk mencari makan, sekalian bikin cover CD (masih ada embel-embel tugasnya) dan merefreshingkan otak dengan pergi ke toko buku.
Tempat yang kurencanakan untuk makan, g buka. Akhirnya aku makan batagor dekat toko buku. Tidak cukup kenyang, tapi lumayanlah. Di toko buku, aku berjalan kesana kemari. Ingin membaca buku sambil duduk, tapi semua tempat duduk penuh. G menemukan buku yang asik untuk dibaca dalam waktu singkat, tapi aku tetap menahan diriku di toko buku, malas untuk cepat-cepat pulang dan melihat kamar kos lagi. Kemudian aku berjalan-jalan lagi mencari buku yang menarik. Sebuah buku yang kubaca akhirnya menenangkanku dan menyadarkanku untuk tidak putus asa mengerjakan tugas yang memusingkan ini, bahwa “setelah kesulitan pasti ada kemudahan,” Al insyirah:6. Kemudian seketika nasehat-nasehat yang pernah terekam di otakku kembali berputar. Jika aku selalu berusaha, dengan tetap berdoa dan bertawakal, semua pasti selesai. Toh jika aku ternyata memang tidak bisa menyelesaikannya, serahkan semua pada AllahSmile. BagiNya, semua mudah. Dan setiap apapun yang kuhadapi dalam hidup ini, baik itu suka atau duka, adalah caraNya untuk menjadikanku manusia yang lebih baik, tergantung bagaimana aku menyikapinya.
“setelah kesulitan pasti ada kemudahan,” Itu yang Allah katakan dan aku percaya, semoga setelah ini ada kemudahan yang kudapatkan, Aamiiin.
eh, satu lagi, buku yang ku baca tentang menjadi penulis, memotivasiku untuk menulis ceritaku iniSmile
[ Read More ]