Banner 468

Garam dan Telaga

Posted by muty on - -

002086B (FILEminimizer)
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Di suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air mukanya ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membaung waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak, hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas tadi, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya…” ujar pak tua itu.
“Pahit, pahit sekali”, jawab tamu tersebut.
Pak tua itu sedikit tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi  telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan dan akhirnya sampailah mereka di tepi telaga yang tenang itu.

Pak tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air yang mengusik ketenangan telaga itu. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, pak tua bertanya, “bagaimana rasanya?”
“Segar.” sahut tamunya. “apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” tanya pak tua. “tidak.” jawab si anak muda.
Dengan bijak pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua tergantung kepada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
“Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

sumber gambar: google search

Categories: