The
Raid: Redemption (2011), ketika pertama kali mendengar tentang film ini dari
teman yang katanya mendapatkan banyak respon positif karena
"kekerasannya" baik dari dalam maupun luar negri membuat saya
penasaran.Saya kemudian menontonnya dan ternyata benar. Ada adegan-adegan
kekerasan yang seharusnya tidak boleh diperlihatkan tapi malah diperlihatkan
secara vulgar dalam film ini. Dan saya belum pernah menonton film laga yang
lebih "keras" dari film ini.
Film
ini mendapatkan penghargaan, salah satunya Midnight Madness award pada Toronto
International Film Festival (TIFF) 2011. Banyak yang bangga film ini dilirik dunia, tetapi saya lebih banyak khawatir karena adegan
"kekerasan" dari film ini. Walaupun beberapa adegan kekerasan
tersebut hanyalah visual yang dibuat secara digital, kekerasan tetaplah
kekerasan. Seperti video game yang
memiliki rating game, ada game untuk anak 3 tahun ke atas, ada yang boleh
dimainkan semua umur , ada yang untuk remaja dan ada yang hanya boleh dimainkan
usia dewasa karena ada "kekerasan" di dalamnya baik berupa tindakan
maupun perkataan.
Apabila
seseorang sering menonton kejadian/adegan kekerasan baik itu nyata atau
sandiwara berulang-ulang, maka hal itu sedikit banyaknya akan berpengaruh
negatif pada psikologisnya, dewasa apalagi anak-anak. Anak-anak yang sering
menonton tontonan yang mengandung kekerasan akan menjadi kurang sensitif
terhadap sakit yang diderita orang lain (kurang empati), bisa menjadi anak yang
sangat penakut, atau juga menjadi orang yang suka berbuat kerusakan dan
kejahatan terhadap orang lain (1). Akhir-akhir ini semakin banyak terdengar
kasus-kasus kekerasan. Seorang anak yang memukuli juniornya kelas 5 SD di
Jakarta hingga meninggal baru-baru ini, atau juga sikap senioritas dan
sewenang-wenang mahasiswa STIP Jakarta yang juga menyebabkan
seorang juniornya meninggal, menurut saya itu merupakan salah satu peran yang
besar dari tontonan yang mengandung kekerasan dan tidak mendidik.
Dan
bagi saya lebih sangat disayangkan karena film The Raid ini merupakan film
Indonesia walaupun disutradarai oleh
seseorang berkebangsaan Inggris. Bayangkan saja, negara - negara barat saja
yang kasus kekerasan yang terjadi disana jauh lebih banyak daripada yang
terjadi di Indonesia, tidak memproduksi film laga dengan kekerasan sevulgar itu
(setidaknya hingga tulisan ini dibuat). Dan pujian atas The Raid dari negara
lain, bagi saya itu bukanlah pujian.
Maret
lalu, The Raid 2 sudah rilis dan kabarnya bakal ada The Raid 3. Saya khawatir,
akan semakin banyak kasus kekerasan yang terjadi di negara ini yang mungkin
sedikit banyaknya dipengaruhi oleh tontonan yang tidak baik.
sumber:
- http://www.apa.org/research/action/protect.aspx
sumber gambar: google search
Categories:
humaniora,
kacamataku