Dahulu ada
sebuah kerajaan yang bernama daulat bani abbasiyah yang berkuasa sekitar tahun
750M-1258M dengan pusat kekuasaan di bagdad, Iraq. Pada masa pemerintahan
khalifah (raja) yang ke-8 yang bernama al mu'tashim, orang keturunan turki
hanya dijadikan pengawal pribadi atau tentara, sedangkan pada masa pemerintahan
khalifah yang ke-9 yang bernama al
watsiq, tentara turki mencapai taraf kedudukan yang amat tinggi. Bahkan seorang
tentara turki yang bernama asyinas diberi gelar sultan, dimana ia mempunya
hak-hak selain yang berkaitan dengan ketentaraan. Bahkan budak istana
yang merupakan pengikut asyinas yang bernama wasif dan itakh menjadi
begitu berpengaruh.
Ketika
alwatsiq wafat, beliau tidak melantik siapapun sebagai putra mahkota bakal
penggantinya. Hakim agung, para wazir (menteri) dan mayoritas kalangan istana
sepakat untuk mendukung pengangkatan anak al watsiq sebagai penggantinya. Akan
tetapi, wasif dan itakh menolaknya dan lebih memilih saudara al watsiq yaitu al
mutawakkil sebagai penggantinya.
Al mutawakkil
akhirnya dilantik menjadi khalifah daulat bani abbasiyah ke-10. khalifah al
mutawakkil adalah khalifah yang lemah dalam hal kepemimpinan. Khalifah ini
mencoba menyingkirkan orang-orang keturunan turki karena kedudukan mereka yang
cukup tinggi dari khalifah sebelumnya seperti halnya asyinas dapat membahayakan
daulat bani abbasiyah. Tetapi usaha khalifah tidak terlaksana dengan sempurna
karena orang-orang keturunan turki bangkit memberontak bersama-sama dan akhirnya al
mutawakkil berhasil terbunuh.
Setelah
kematian al mutawakkil, kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang keturunan turki.
Mereka dapat memilih dan mengangkat khalifah sesuai dengan keinginan mereka.
Walaupun khalifah tetap diduduki oleh bani abbasiyah tapi kekuasaan tidak lagi
di tangan mereka. Pemimpin bani abbasiyah seperti boneka bagi orang-orang
keturunan turki. Ada usaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan orang-orang
turki tapi selalu gagal. Masa tersebut adalah masa kemunduran bani abbasiyah. Kemudian
tentara turki melemah dengan sendirinya dan muncullah tokoh-tokoh kuat yang
kemudian memisahkan diri dari kekuasaan pusat di bagdad dan mendirikan
dinasti-dinasti kecil.
Pemimpin yang
lemah, pemimpin yang tidak lebih dari sekedar boneka, negara dikuasai asing dan
adanya wilayah yang ingin memerdekaan diri merupakan beberapa hal yang menjadi
awal penyebab kehancuran bani abbasiyah.
Semoga saja negara ini tidak mengalami peristiwa seperti yang dialami
daulat bani abbsiyah di akhir masa kejayaannya. Legend
is lesson
Sumber: buku
Sejarah Kebudayaan Islam MTsN
Categories:
humaniora,
kacamataku