hilma's blog

Apapun pekerjaan yang tidak kita disukai untuk dilakukan, hampir-hampir tidak ada rasa senang di hati. Semua dilakukan dengan berat hati, dengan hati yang malas. Begitupun dengan kuliah. kuliah dijurusan yang sedikitpun tak pernah terimpikan sebelumnya, pun sulit untuk dijalani. Kalaupun akhirnya dapat dilalui, itupun dengan beban yang sangat, rasa tersiksa…
Ada sebuah nasehat yang sebenarnya sering kita dengar. “melakukan apa yang kamu sukai itu wajar, tapi adalah lebih baik jika belajar mencintai apa yang kamu lakukan.”
Aku setuju dengan nasehat ini, walaupun aplikasinya cukup sulit. Kebanyakan hal yang kita lakukan dalam hidup ini, tidak sesuai dengan rencana kita. Jika kita tidak belajar ikhlas melakukan apa yang kita kerjakan, betapa beratnya menjalani hari-hari ini.
Kembali ke permasalahan kuliah…ketidaksukaanku untuk menjalani kuliah di jurusan ini, membuat hari-hariku terasa berat. Semua hal menjadi sangat berat. mulai dari langkah pertama ke kampus, yaitu dari masa-masa ospek, semua terasa begitu menyiksa. Semua senior terlihat seperti monster .
Semua tugas dari senior, membuat tubuh ini serasa besok tak mau bangun lagi. Malas untuk berkenalan dengan senior, malas datang rapat (walaupun akhirnya datang juga dengan hati malas,…). Semuanya malas. belum lagi berhadapan dengan pelajaran-pelajaran farmasi yang bagiku masyaallah sungguh berat untuk dipahami (apa aku yang lebay?). Setiap kali rasa sukaku pada mata kuliah tertentu mulai muncul dan kemudian timbul keinginan untuk mempelajarinya.awalnya ku lakukan dengan semangat dan senang hati. Setelah membaca 2-3 halaman, tiba-tiba semua jadi mulai sulit untuk dipahami dan akhirnya aku terjatuh dan malas berdiri lagi. Selalu begitu. ditambah lagi dengan waktu yang hampir tersita 24 jam untuk persoalan yang berhubungan dengan kuliah seperti praktikum di sore hari, laporan-laporan praktikum, tugas kuliah, tugas dari senior yang tak henti-hentinya hingga satu tahun berlalu, hufff….. tapi memang benar, rasa tidak ikhlas di hati ini membuat segala sesuatu terasa berat. Sungguh buruk sikapku dalam menghadapi hal ini…
Bahkan rasa tidak ikhlas ini mempengaruhi cara pandangku terhadap pergaulanku dengan teman-teman kuliah. memang sering aku tertawa bersama mereka, tapi itu hanya berlalu begitu saja. hanya tampak di wajah dan tidak begitu mengena di hati, sehingga saat libur datang, aku tidak merasa rindu pada mereka, semua terasa datar-datar saja dan bahkan aku sempat berpikir, “kapan muncul rasa rindu di hati ini terhadap teman-teman?”. Setiap kali pulang kampung, aku seringkali merasa bahagia bilasaja tidak harus balik ke kota padang, kota dimana kampusku berada. Sama seperti apa yang dikatakan teman sekolahku dulu, kalau pulang ke kampungnya dia gelisah saat balik ke kota bukittinggi lagi. Seolah semua masalah dan beban berat ada di kota itu dan bahagia sekali bila tak harus menemuinya (pengecut!…)
Memasuki tahun terakhirku, semua jadi mulai berbeda. Padahal saat itu kami sudah mulai sibuk dengan penelitian masing-masing, mungkin tidak sesering dahulu lagi buat bersama dengan teman selokal ataupun ngumpul-ngumpul di kos. Tapi, saat itu juga aku mulai merasakan ternyata teman-teman kuliahku menyenangkan…apalagi sejak aku mulai kerja penelitian di labor, hubunganku dengan teman-teman yang sama-sama kerja penelitian di labor itu jadi mulai dekat, padahal waktu kuliah di semester-semester sebelumnya terasa biasa-biasa saja.

hmm…kangen masa-masa itu